Wakil Ketua Komisi IX DPR, Yahya Zaini, mendesak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk segera meningkatkan kewaspadaan dan melakukan mitigasi menyusul maraknya laporan penyakit ‘super flu’ di Amerika Serikat (AS). Kekhawatiran ini muncul terkait potensi penyebaran virus tersebut ke Indonesia.
Peningkatan Pengawasan di Pintu Masuk
Yahya Zaini menekankan pentingnya Kemenkes melakukan surveilans untuk mendeteksi keberadaan ‘super flu’ di Indonesia. “Kemenkes harus melakukan mitigasi dan surveillance untuk mengetahui apakah ‘super flu’ sudah masuk ke Indonesia atau belum,” ujar Yahya kepada wartawan, Selasa (30/12/2025).
Selain itu, pemeriksaan terhadap pelaku perjalanan internasional, khususnya yang datang dari AS atau negara lain yang terdampak, menjadi prioritas. “(Perlu) melakukan pemeriksaan terhadap orang yang datang dari Amerika atau dari luar negeri di pintu-pintu masuk ke Indonesia, baik WNI maupun orang asing,” tegasnya.
Kesiapan Fasilitas Kesehatan
Yahya juga meminta Kemenkes untuk mempersiapkan diri jika ‘super flu’ terdeteksi di Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan fasilitas kesehatan, tenaga medis, hingga ketersediaan obat-obatan. “Mempersiapkan rumah sakit, tenaga kesehatan, dan obat-obatan jika ‘super flu’ terbukti sudah masuk ke Indonesia dan segera melakukan tindakan pengobatan,” katanya.
Peringatan dini kepada seluruh WNI yang bepergian ke Amerika atau luar negeri juga perlu ditingkatkan. “Tingkatkan kewaspadaan dengan memberikan peringatan dini kepada semua WNI yang bepergian ke Amerika atau keluar negeri,” imbuhnya.
Potensi Penyebaran Global
Merebaknya varian baru influenza A (H3N2) Subclade K, yang dikenal sebagai ‘super flu’, di AS telah menimbulkan kekhawatiran global. Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Nastiti Kaswandani, menyatakan bahwa kemungkinan virus tersebut masuk ke Indonesia sangat besar.
“Cepat atau lambat penyakit itu akan sampai di Indonesia. Jadi semakin dekat ya semakin besar kemungkinannya,” ucap dr. Nastiti dalam sebuah media briefing, Senin (29/12). Hal ini disebabkan oleh lalu lintas global yang intens, di mana penyebaran virus lintas negara hampir selalu terjadi, sebagaimana terbukti dari pengalaman penyakit pernapasan sebelumnya.






